Oleh Budi Santoso Budiman
Banyak
orang lebih mengenal sosok Tommy Winata selaku pengusaha nasional di
berbagai bidang. Ternyata, ia juga punya kegemaran keluar masuk hutan
dan berpetualang di dalamnya.
Saat
mendampingi Menteri Kehutanan (Menhut), MS Kaban, meliarkan dua dari
lima ekor harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) di hutan Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Pekon Way Haru, Kecamatan
Bengkunat Belimbing, Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Provinsi Lampung,
belum lama ini, bos Artha Graha itu pun mengungkapkan sisi lain
kehidupannya.
Berbincang
santai dengan anggota rombongan, Tommy Winata --yang lebih akrab disapa
dengan inisial namanya, TW-- berkisah tentang petualangan selama
mengurus perusahaan wisata alam di dekat hutan TNBBS di Lampung Barat
itu.
Perusahaannya
di sana adalah PT Adhiniaga Kreasinusa (AKN), yang mengambil alih usaha
PT SAC Nusantara mengelola ekowisata di Tampang Belimbing (Tambling).
Perusahaan itu mendapatkan izin konsesi mengelola 100-an ha areal hutan TNBBS untuk tujuan wisata alam.
Selama
belasan tahun mengelola ekowisata di Tambling yang berlokasi di wilayah
terpencil di ujung Selatan Pulau Sumatera (Tanjung Belimbing) itu, TW
mengaku pernah bertemu langsung dengan beberapa ekor harimau liar di
hutan saat berjalan-jalan bersama istri dan anaknya.
"Saya
saat itu naik sampan, sempat ketemu dengan tiga ekor harimau liar, satu
di antaranya masih kecil, hanya dalam jarak sekitar 20-an meter," ujar
TW.
Dia
mengaku biasa-biasa saja saat berpapasan secara kebetulan dengan tiga
ekor harimau itu, karena tidak berniat mengganggu satwa liar yang
dikenal buas dan kerap memangsa ternak dan manusia itu.
"Sempat liat-liatan dengan harimau itu, dan kami saling tatap," kata TW.
Ia
mengaku mengetahui bahwa hewan buas yang dilindungi itu biasanya akan
menggigit manusia dari belakang melalui tengkuknya atau mengancam
manusia yang sengaja akan mengganggunya.
Oleh
karena TW bersama rombongannya saat itu tidak berniat mengganggu
harimau-harimau tersebut, maka ia pun tetap memberanikan diri menghadapi
keluarga sang raja hutan.
Benar
saja, menurut Tommy, karena ketiga harimau itu akhirnya berbalik badan
dan kembali masuk ke dalam hutan meninggalkan rombongan keluarga TW
mereka tanpa melakukan aktivitas yang membahayakannya.
"Saya yakin, kalau kita tidak mengganggu harimau itu, binatang buas itu juga tidak akan mengganggu kita," ujarnya.
Selama
berada di sekitar hutan pada areal pengelolaan Tambling Wildlife Nature
Conservation (TWNC) dia pun bersama anak dan istrinya juga kerap
berkeliling tanpa diganggu dan tidak mengganggu satwa liar yang ada di
sana, termasuk harimau, gajah dan binatang besar lainnya.
TW
pun mengakui, salah satu hobinya berpetualang keluar masuk hutan,
sehingga senantiasa berkeinginan hutan yang masih tersisa di Lampung
tersebut dapat dilestarikan, agar semua satwa liar yang hidup di
dalamnya menjadi aman dan nyaman berbiak.
"Cuma
ada lima hal yang menjadi motif saya untuk mengurusi harimau dari Aceh
ke Lampung itu, yaitu cinta pada lingkungan hidup," kata TW.
TW
pun menyebut satu per satu huruf yang disimbolkan sebagai motifnya,
yakni "C", "I", "N", "T" dan "A" alias "CINTA". Hal itu diungkapkannya
saat ditanya wartawan mengenai motivasinya mengeluarkan dana berjumlah
miliaran rupiah untuk mengurusi pemindahan lima harimau dari kawasan
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ke Lampung.
Ia
juga mengungkapkan bahwa mengelola TWNC sejak belasan tahun lalu yang
tidak memberikan keuntungan material. "Boro-boro mau untung, malah saya
banyak tekor mengurus semua itu," kata boss kelompok bisnis Artha
tersebut.
Menurut
dia, selama mengurus TWNC, maka setidak-tidaknya setiap bulan dirinya
harus mengeluarkan dana operasional, termasuk gaji karyawan, antara
Rp550 juta hingga Rp650 juta.
Biaya
tersebut, menurut dia, belum termasuk yang harus dikeluarkan dalam
pemindahan dan perawatan lima harimau dan satu buaya yang dibawa dari
Aceh ke TWNC, yang biayanya berkisar Rp5 miliar hingga Rp6 miliar.
Dua
harimau itu jantan, yang diberi nama "Pangeran" dan "Agam" telah
diliarkan di hutan TNBBS pada Selasa (22/7) pagi, dan tiga harimau
lainnya --yang betina bernama "Panti" dan dua jantan "Ucok" dan
"Buyung"-- masih dalam perawatan di kandang guna beradaptasi di lahan
milik TWNC di dekat hutan TNBBS.
Artha
Graha Peduli juga menyepakati kerjasama dengan Departemen Kehutanan
untuk membina dan mengawasi areal hutan seluas sekitar 50.000 ha di
sekitar kawasan ekowisata TWNC.
TW
berujar, siap mengajak siapa saja yang masih mencurigai komitmen
dirinya mengurusi hutan dan harimau di TNBBS itu untuk datang sekaligus
melihat langsung yang dilakukan di sana.
"Kalau
mau bisa jadi relawan, dan datang ke sini untuk melihat dan membantu
kami, agar dapat lebih jelas mengetahui apa saja yang dilakukan dan
terjadi di sini," katanya.
Ia
pun mengatakan, kepedulian dirinya itu, seperti halnya saat ikut
membantu penanganan korban tsunami di Aceh, yakni sama sekali tidak ada
kaitannya dengan urusan bisnis.
"Apakah setelah membantu korban tsunami di Aceh itu, kemudian saya minta order dari sana, kan tidak," ujarnya.
Menurut
dia, komitmen dirinya adalah hutan yang masih tersisa itu dapat
benar-benar dilindungi dan dilestarikan, sehingga satwa di dalamnya juga
menjadi terlindungi.
"Kalau
urusannya sudah berkaitan dengan hobi dan komitmen seperti itu, ya
tidak perlu semua mau dihitung untung ruginya," demikian TW. (Sumber: www.antara.co.id)
|
Minggu, 26 Februari 2012
Tommy Winata dan Harimau
Tommy Winata dan Harimau
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar