Para mahasiswa National University of Singapore (NUS), didampiingi Profesor Jan Van Der Putten, melihat-lihat naskah kuno Aceh, di rumah Tarmizi A Hamid, di Ie Masen, Banda Aceh, Rabu (22/02/2012 |
Banda Aceh - Delapan
Mahasiswa National University of Singapore (NUS), sejak tiga hari
terakhir melakukan kunjunga ke sejumlah situs bersejarah di Aceh. Para
mahasiswa dari jurusan “Pengajian (Pengkajian-red) Melayu” ini sedang
melakukan penelitian tentang jejak sejarah dan peradaban Melayu di Aceh.
”Saya rasa Aceh adalah salah
satu dari sedikit daerah yang masih menyimpan banyak bukti sejarah
Melayu, makanya saya sering memilih Aceh sebagai salah satu daerah yang
wajib dikunjungi oleh mahasiswa saya,” kata Profesor Jan Van Der Putten,
yang mendampingi para mahasiswanya, saat berkunjung ke rumah Kolektor
Naskah Kuno Aceh, Tarmizi A Hamid, di Ie Masen, Banda Aceh, Rabu
(22/02/2012).
“Masih sangat banyak bukti peradaban Melayu yang belum dikaji secara mendalam di Aceh,” kata Profesor asal Belanda ini.
Selama di rumah Tarmizi A Hamid,
para mahasiswa ini mempelajari sejumlah kitab kuno yang umumnya ditulis
dalam huruf jawi (bahasa Melayu dan Aceh).
Mereka mendapat penjelasan dari
ahli filologi (kajian naskah kuno) dari Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry,
Hermansyah. Karena huruf-huruf Jawi maupun kalimat yang tertulis dalam
kitab itu sangat sulit dibaca oleh orang awam.
Zuliana, mahasiswa tahun ke-4 di
NUS bidang Pengajian Melayu mengatakan, selain berkunjung ke rumah
Tarmizi A Hamid, mereka juga sudah berkunjung ke Musium Aceh, Kampus
Darussalam dan beberapa lokasi bersejarah lainnya.
“Insya Allah nanti sore kami
akan ke Mahkamah Syar’iyah. Nanti juga akan ada kunjungan ke
lokasi-lokasi sejarah tsunami. Rencananya kami masih ada waktu dua hari
lagi di Aceh,” kata dia.
Uniknya, dari 8 mahasiswa
jurusan Pengajian Melayu itu, hanya ada satu laki-laki, dan dia adalah
keturunan Cina-Singapura. Dia adalah Ming Han, juga mahasiswa tahun ke-4
di NUS. (Serambi)
Kaji Naskah Kuno Aceh
Kedelapan Mahasiswa jurusan Pengajian
Melayu National University of Singapore (NUS), sejak tiga hari terakhir
melakukan pengkajian terhadap sejumlah bukti sejarah peradaban dunia
Melayu di Aceh. Salah satu sumber pengkajian adalah melalui naskah kuno
yang diyakini masih bertebaran di kalangan masyarakat Aceh.
“Dalam Sastra Melayu Klasik,
posisi Aceh sangat penting. Di sini kita bisa melihat kitab-kitab lama
yang ditulis oleh ulama dan penyair Aceh masa lalu,” kata Profesor Jan
Van Der Putten, yang mendampingi para mahasiswanya, saat berkunjung ke
rumah Kolektor Naskah Kuno Aceh, Tarmizi A Hamid, di Ie Masen, Banda
Aceh, Rabu (22/2).
Putten berpendapat, kajian
naskah kuno di Aceh punya tantangan dan keunikan tersendiri. Para
mahasiswanya bisa langsung melihat naskah-naskah itu dari tangan para
pewaris asli.
“Di Singapura memang ada juga
naskah, sama seperti di Amerika atau belahan dunia lain. Tapi
naskah-naskah ini sudah disimpan di gedung-gedung megah, gedung dingin
ber-AC, sama sekali terpisah dari asal-usulnya. Makanya saya bawa anak
murid saya ke sini (Aceh), agar mereka bisa melihat sendiri bagaimana
suatu naskah dapat dilihat dalam konteks aslinya,” ujar Profesor asal
Belanda ini.
Ia juga mengapresiasi kerja
orang-orang Aceh, seperti Tarmizi A Hamid, yang dengan gigih
mengumpulkan naskah kuno, mencoba menyelamatkan tradisi dengan membuka
peluang bagi generasi yang ingin meneliti dan mengkaji sejarah kejayaan
Bangsa Melayu.
“Itu amat sangat saya hargai.
Yang mengkhawatirkan, ada pihak yang melihat ini naskah-naskah ini
sebagai sesuatu yang sudah kedaluwarsa, dari masa lampau yang tidak
sesuai lagi dengan masa sekarang. Itu selalu ada tantangan, bagaimana
kita bisa menerjemahkan naskah ini untuk kepentingan masa kini, bahkan
untuk masa depan,” ujarnya.(serambi)
Read more: http://www.atjehcyber.net/2012/02/mahasiswa-singapura-belajar-peradaban.html#ixzz1o471jjbK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar